Momentum titik balik, Merasa!

MELIHAT LEBIH


Selamat malam, teman-teman!

Kali ini aku hanya ingin bercerita mengenai salah satu pengalaman yang menurutku amat berkesan, dimana aku selama kurang lebih 3 minggu menetap di 'rumah baru' bersama 'orang baru' mengerjakan 'hal-hal baru', ya mungkin sebagian dari kalian pernah mendengar Kuliah Kerja Nyata.

  • Saking Nyatanya KKN, sampai-sampai membuatku turun semangat ketika aku dihadapkan kembali dengan bangku kuliah menghadap papan tulis hidup berkapur, yang terkadang putih bertinta spidol.


27 kuli Sekbrak - "Lambe Infras"

Bersama dengan 26 orang baru inilah, aku menghabiskan hari demi hari, dari mulai hangatnya sunrise sampai bertaburannya bintang di langit malam nan udara tidak terlalu dinginnya, Sekbrak.

  • Sekbrak, sebuah kampung di Desa Cihea, memakan waktu perjalanan motor hampir 1,5 jam dari ITB. Kampung yang terbatasi oleh sungai Cihea, dan hukumnya wajib melalui jembatan gantung baja karat untuk memasukkan motor ke kampung tersebut.

____________________

Sejenak ku lihat tak ada yang istimewa dari kampung ini, sebuah kampung kecil dengan 2 perkumpulan rumah yang terpisah oleh hamparan sawah.

  • Komposisi warganya sekilas terlihat seimbang antara angkatan tua, muda, juga anak-anaknya. Meskipun kita sebagai peserta KKN lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak di sana.

  • Sebagian rumah sudah tetap dengan dinding tembok dan yang lainnya masih dengan bilik anyaman bambu. Seperti halnya kampung-kampung pedesaan lainnya.


Lantas apa yang membuatku terpikir bahwa disini mengesankan?
____________________

Keseharian kita di sana dirasa cukup lengkap bagiku.

Bagaimana kita awali dengan semangat, mengerjakan projek 'pembuatan MCK', bersosialisasi--singgah dan menanya-nanyai warga terkait kehidupannya, mengantar dan sesekali mengajar anak-anak ngaji.

  • Tak lupa pemenuhan kebutuhan pribadi seperti masak, makan, mandi, dan buang air kita lakukan juga setiap harinya (kecuali mandi dan buang air, karena terkadang minimnya air disana).


Beberapa hal yang berkesan kala itu diantaranya, bagaimana aku dan temanku selalu menambah porsi nasi di akhir ketika ada sisa. Bergiliran memakai "WC" untuk buang air. Main bola bareng anak-anak di sawah kering belakang rumah Pak RW. dan kita, para kuli, secara bergantian mendapat 'kuliah kehidupan' dari Ki Omo.

"Tong poho ka Aki.. tong poho ka lembur ieu.. Sok aki du'akeun aranjeun teh jadi BEBENTENG NAGARA"-ki Omo.

  • Pesan yang sama-materi kuliah yang sama-dan susunan kalimat dan kata yang sama. Masih kita ingat, bahkan sampai aku menulis sekarang ini.


Namun tanpa menampik kenyataannya, lambat laun lelah mulai terasa dan bosan kian menghinggapi, karena apa yang dikerjakan berulang beberapa hari di pertengahan pengerjaan. Bahkan emosi sempat terletup di beberapa sesi evaluasi di malam hari, karena kalut masalah terkait proyek dan kantuk beriringan.

Untunglah sesuai rencana, di sela-sela tiap pekannya saat itu kita mengadakan kegiatan eventual bersama warga. Ya pikir kita, inilah kesempatan kita untuk berelaksasi.

Dari mulai sela pekan pertama, kita isi dengan membersihkan masjid dan ngaliwet bersama warga. Namun alih-alih makan bersama, nyatanya kebanyakan makanannya kita sendiri yang habiskan, saking laparnya mungkin._.

Di saat itu pula, kami melihat dan mengingat bagaimana tangis Pak RW tercucur saking bahagianya. Bahagia karena setelah sekian lama, ngaliwet warga bersama itu bisa kembali digelar.

  • Sukses, kegiatan tersebut mengembalikan semangat kami menjalankan program keesokan harinya. Hari pun berjalan terus, tak terasa. MCK pun sudah terbangun setengah jadi.


Sela pekan kedua tiba, diisi dengan sosialisasi program Citarum Harum dan PHBS. Karena cukup fasih berbahasa Sunda, aku pun ditunjuk sebagai MC.

Pengalaman cukup menarik, setelah sebelum-sebelumnya belum pernah aku menjadi MC. Namun kali ini, syukurlah nampaknya kegiatan berjalan lancar, rona keceriaan warga pun dapat jelas kulihat dari posisi seorang MC.

  • Memasuki pekan terakhir, MCK pun semakin jelas rupanya. Pengerjaan pun dilalui dengan santai, bergantian, sambil nyanyi-nyanyi, joged-joged. Dan tentunya bercandaan khas kuli Sekbrak setia menemani, dari mulai awal sampai akhir, bahkan sampai sekarang!


Dan sela pekan ketiga akhirnya tiba, kali ini kita habiskan dengan lomba-lomba peringatan hari kemerdekaan Indonesia. Sengaja kita majukan karena keesokan lusanya kita haruslah pulang dari sini.

Lomba dikategorisasi berdasarkan umur (anak-dewasa) pun juga jenis kelamin (ibu-ibu dan bapak-bapak).

Berbagai macam lomba diselenggarakan: dari mulai balap kelereng, memasukkan paku dalam botol, cari koin dalam nampah terigu, adu rias, tanding main bola berlumpur, dan lainnya sampai lomba panjat pinang sebagai lomba pamungkas.

Sawah kering yang sebelumnya kita pakai main bola dengan anak-anak, kita sulap jadi arena perlombaan. Seakan menjadi hajat bersama, warga tumpah ruah menyaksikan di pinggiran arena tandang.

  • Usut-punya-usut ternyata peringatan agustusan kala itu menjadi hal yang pertama diselenggarakan di kampung Sekbrak ini. Bukan sama sekali belum pernah merayakan, namun sebelumnya kegiatan sejenis berpusat di pusat desa Cihea.


Acara puncak pun tiba, tepat 1 hari sebelum kepulangan kita. Liwetan bersama. Pengumuman juara lomba dan pemberian hadiah. Pemberian kata-kata perpisahan dan pemutaran aftermovie.

  • Tanpa kami duga, di akhir acara rupanya banyak dari warga yang menangis. Kurang tau juga mereka menangis sedih karena kita bakal pergi atau menangis bahagia karena kita akhirnya akan pergi pernah hadir di tengah mereka... hehe..


Tanpa kami sadari juga, nyatanya telah terjalin rasa keterikatan antara kita dengan warga di sana. Ya begitulah, mungkin kesan warga ke kita itulah yang membuat diri ini merasakan kesan atas KKN ini.

Hah?! Gimana?! Kesannya apa???
____________________

Jujur, aku pun bingung menggambarkannya harus seperti apa dan dengan bagaimana.

Namun, sejalan dengan apa yang telah kuceritakan.
Rupanya keistimewaan itu hadir juga secara istimewa.

Jika di awal aku melihat Sekbrak, ku lihat hanya sebagai kampung biasa.
Istimewanya, setelah di akhir, setelah aku banyak melihat kekurangan kampung ini, aku pun akhirnya dapat melihat lebih--merasa--sisi istimewa Sekbrak yang sebenarnya!

Sekbrak, warganya yang baik dan pemurah meskipun dengan terbatasnya sumber penghasilan yang ada di sana.

Sekbrak, anak-anaknya yang ceria dan semangat,
bermain di hamparan sawah luas minim gadget,
dan tetap giat mengaji meski di ruang dengan atap hampir lapuk.

Sekbrak, yang giat bergotong-royong membangun, meski akses jalan menghambat distribusi material.

Sekbrak, yang antar warganya saling menjaga perasaan sesamanya, meskipun ada setitik ketidak sukaan antar mereka.

Sekbrak, yang optimis, bekerja keras demi perbaikan masa depan generasi muda di sana.

Dan lainnya dan lainnya...
____________________

KKN mengajarkanku cara mengenali. melihat. dan merasa.
Titik balik dari aku yang dulu.
Yang sulit kenal. terkadang buta. dan mati rasa.

Komentar

POPULER

Pemerintah yang bener dong! Rakyatnya?

Sehat raga, Sehat jiwa?

Kontribusiku untuk Indonesia