Kontribusiku untuk Indonesia

Lomba kemerdekaan di Sekbrak, KKN-T 2018

Kontribusiku untuk Indonesia

“Lihatlah bangsa ini, lahir dengan begitu memesona. Gotong royong sebagai modal sosial. Setelah itu, keberagaman menjadi ciri khasnya.” – Alfath Bagus P.E.I dalam Buku “Kolaborasi Kebaikan, Narasi tentang Kepemimpinan dan Peradaban”.

Perkenalkan aku Naufal Fathin Arrasyid, mahasiswa Teknik Sipil yang baru saja menyelesaikan tahun keduanya di Institut Teknologi Bandung. Aku keturunan asli Sunda yang kebetulan dilahirkan di tanah Andalas pada tahun 1998. Buah hati dari seorang pria tangguh yang mengabdikan dirinya dalam dunia kesehatan dan seorang wanita penyabar abdi pendidikan di Priangan Timur, Pasundan.

Lahir di pedesaan dengan masyarakatnya yang homogen, namun semenjak SMA aku tumbuh dan berkembang dengan masyarakat heterogen membuat aku memaknai lebih bagaimana sistem kemasyarakatan itu tumbuh dan mengakar, secara umum di Indonesia.

Indonesia adalah negeri yang besar, dengan ribuan pulau bertebaran di antara samudera luas Pasifik dan Hindia membuat keberagaman di Indonesia menjadi satu keniscayaan. Ada orang yang berada di pegunungan, lembah ataupun pantai. Namun secara mengagumkan masih tetap terjaga kedaulatannya sampai kini hampir 73 tahun kemerdekaan negeri ini. Hal tersebut tidak terlepas dari cucuran keringat dan darah dari para pahlawan kita yang berjuang dan berkorban menjadikan nilai persatuan menjadi landasan utama negara ini tegak.

Aku kerap kali terkagum-kagum pada cerita pendahulu bangsa ini, dimana mereka rela mengorbankan jiwa, raga, harta ataupun mahkota mereka semata-mata membuat negeri ini berdiri, mengesampingkan ego mereka demi kedaulatan NKRI. Namun di waktu yang sama, aku juga kerap merasa miris jika harus membandingkan heroik-nya masa lalu dengan terjadinya degradasi di masa sekarang, dimana banyak penyebar kebencian dan koruptor bertopeng bertebaran di negeri ini, ditambah kurang terlaksana dengan baiknya misi pencerdasan bagi segenap bangsa Indonesia yang tertuang dalam bulir preambule UUD 1945.

Selain itu, di lain pihak masih banyak masyarakat yang belum merasakan nikmatnya kemerdekaan. Mereka merdeka namun nyatanya tidak, baik dari segi ekonomi, pendidikan ataupun sosial-budayanya. Maka aku rasa sikap perjuangan heroik para pahlawan patut kita terapkan di masa modern ini.

Dari penjelasan yang kupaparkan sebelumnya, maka Kontribusiku untuk Indonesia adalah mendedikasikan diriku menjadikan Indonesia kembali dapat “berjuang”. Dalam artian, semua elemen bangsa ini bisa bergotong royong mewujudkan kemerdekaan yang hakiki bagi negeri ini, tidak terbatasi oleh golongan, semua bisa merasakan nikmatnya merdeka.

Untuk mencapai dedikasi itu, aku akan menjadi insan akademis yang kritis akan setiap isu yang terjadi di masyarakat ataupun negeri ini secara menyeluruh. Dan bersama yang lain dapat membangun negeri dalam hal pemberdayaan masyarakat yang dilandasi rasa empati. Karena negeri ini membutuhkan kembali jiwa-jiwa segar yang berani mendobrak segala ketidak idealan yang terjadi pada saat ini. Menyatukan rasa dan gerak bersama masyarakat dan pemerintah demi terbangunnya tatanan negara yang ideal dengan cara yang bijaksana. Dengan semangat ini, kuharap bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia.

“Jadi terang!
Jadilah pelita bangsa ini!
Jadilah jawaban!
Dan Jangan tambahkan beban!
Sebab beratus juta rakyat Indonesia menantimu!
Menantiku!
Dan menanti kita!”

Itulah kontribusiku untuk Indonesia, kuyakin banyak orang yang memiliki semangat dan niat yang sama denganku, dan oleh karena itu, aku yakin kita akan bertemu, dan aku akhiri tulisan ini dengan“selamat bersua bung, mari kita berjuang, bangun Indonesia lebih hebat lagi!”.

Komentar

POPULER

Pemerintah yang bener dong! Rakyatnya?

Sehat raga, Sehat jiwa?